Sebuah Cerpen

Gadis itu bernama Ersyah. Tahun 2005 aku pertama kali mengenalnya. Tak ada yang istimewa padanya. Aku pun bersikap biasa saja. Bahkan saat kami sekalas di tahun kedua sekolah menengah itu, tak ada yang tidak biasa. Saat itu aku sekretaris dan dia wakil ketua kelas. Jelas ini hanya ingatanku saja. Hampir setiap hari kami mengahabiskan waktu bersama. Di kelas, OSIS dan Pramuka kami selalu bersama. Kami bermain dan bercanda layaknya anak sekolah pada umumnya. Tidak jarang kami saling memasang wajah kesal dan saling membuang muka. Tak lama kami tertawa bersama lagi. Aku sangat menikmati kebersamaan itu. 

Pertemanan kami semakin dekat saat kami diamanahi sebagai pengurus harian OSIS. Selain di OSIS dan kelas, kami juga menghabiskan banyak waktu bersama di Pramuka, terlebih saat itu kami menjadi tim inti dalam berbagai perlombaan. Di bawah matahari terik kami pemanasan untuk memulai latihan. Kami berlelah-lelah bersama dengan rekan yang lain. Saat itu indah sekali. Dalam beberapa kesempatan seseorang diantara kami bercerita tentang hal-hal horor yang ada sekolah. "Kalian pernah liat penampakan di depan kamar mandi guru?" sontak aku dan teman-teman langsung bersorak. "Suatu malam, aku memandang lekat-lekat kamar mandi guru. Lama-lama aku liat ada bayangan putih dan ... ah.. cewe berbaju putih yang menyeramkan. Atau kalau kalian berkesempatan untuk nginep disini. Pagi-pagi buta kalian akan mendengar suara pantulan bola basket tp ga ada yang main". Begitulah selingan rasa lelah kami saat latihan. Dia, si gadis memperhatikan dengan seksama kisah-kisah konyol kami. Saat itu akupun memandangnya biasa saja. Dia selalu seperti itu. 

Hari ini di tahun 2018 aku melihatnya setelah sekian lama. Ingatan tentangnya muncul kembali. Terutama saat kami memutuskan untuk menjadi kekasih satu sama lain dan saat aku mengatakan "Syah, udahan ya" seperti baru terjadi kemarin. "Tidak semua orang mendapatkan cinta tetapi setiap kita berhak untuk jatuh cinta. Meskipun itu sesuatu yang bisa kita lakukan dalam mimpi. Paling tidak kita menyuarakan keinginan akan cinta kita", Ya.. Gadis itu cinta pertamaku yang tidak dapat aku miliki. Sampai 5 tahun yang lalu aku menyimpannya dan suatu saat aku akan datang untuk melamarnya. Aku berencana menjadikan dia istriku. Kenapa aku memutuskan demikian? Saat aku di sekolah menengah atas, aku memberanikan diri memintanya untuk menjadi kekasihku lagi. "Maaf aku tidak bisa meskipun aku masih menyukaiku. Agamaku tidak memperbolehkan pacaran", bergitu katanya. Saat itu aku berpikir untuk menikahinya saja ketika aku benar-benar siap segalanya. 

Kenyataannya harapanku tidak pernah terwujud. Dia menikahi pria yang lain sementara aku dijodohkan dengan salah satu anak kolega orang tuaku. "Aku akan mencintai gadis yang kunikahi ini"  begitu kataku sambil meyakinkan diri. Aku sudah hidup dengan istriku selama 3 tahun tapi gadis yang pertama aku sukai masih saja membayangiku. Aku khawatir tidak ada space untuk istriku sendiri. Waktu sudah lama berlalu dan gadis itu masih segar diingatan ku.

"Ersyah.. lama ga ketemu" sapaku membuka pembicaraan. "Aslmualykum Lintang.. apa kabar? semoga kamu selalu dalam keadaan sehat selalu" jawabnya dengan tersenyum. Manis sekali, seperti biasanya. Hatiku bergejolak lagi dan terus bertanya apa yang harus ku lakukan. Bagaimana jika aku tak bisa mengendalikan apa yang aku rasakan?. Terus terang aku sangat senang memiliki kesempatan bertemu dan berbincang dengannya. Terlebih kami sangat asik membicarakaan masa lalu yang menggairahkan. Hari itu serasa kami kembali kemasa lalu. Hari itu aku masih mencintainya. Aku pun berharap hari itu tidak pernah berakhir. Aku ingin melupakan fakta bahwa dia telah bersuami dan aku sudah beristri untuk hari itu saja. "Tuhan, ujian macam apakah ini? ini terlalu menyenangkan" hatiku mulai protes dengan apa yang aku lakukan. Hari itu, aku ingin terjadi berkali-kali dengan bingkai kebetulan-kebetulan yang sering terjadi pada semua orang. Terjadi pada takdir hidupku, hidupnya dan hidup kita. Meskipun aku tidak yakin dengan perasaan dia.

Komentar

Postingan Populer